Rabu, 28 Juni 2017

BK Sebagai Penempatan, Penyaluran Dan Bimbingan Karier Untuk Siswa Sekolah

Nama           : Abdul Rojak
Nim             : 160101085
Kelas           : 2A

BK Sebagai Penempatan, Penyaluran Dan Bimbingan Karier Untuk Siswa Sekolah”

Pada setiap akhir tahun ajaran ratusan ribu atau bahkan jutaan anak muda menamatkan studi dari jenjang pendidikan tertentu. Pada umumnya mereka mendambakan untuk dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Atau bagi yang memang tidak bermaksud untuk melanjutkan pendidikan, mereka mendambakan untuk dapat diterima pada lapangan kerja yang sesuai.[1]
1.        Penempatan dan penyaluran kedalam pendidikam lanjutan
Penempatan dan penyaluran siswa pada pendidikan lanjutan tidak dapat dilakukan secara acak, tetapi memerlukan perencanaan yang matang sebelum siswa tamat dari bangku sekolah yang sedang didudukinya. Karena hal ini, baik langsung maupun tidak langsung, juga akan  menyangkut citra sekolah secara keseluruhan, maka sekolah mempunyai   tanggung jawab yang besar dalam menyelenggarakan pelayanan penempatan dan penyaluran para siswanya setelah mereka tamat nantinya. Rencana yang baik ialah rencana yang disusun berdasarkan atas pertimbangan tentang kekuatan dan kelemahan siswa dari segi-segi yang amat menentukan keberhasilan studi pada program pendidikan lanjutan itu, terutama segi kemampuan dasar, bakat, dan minat, serta kemampuan keuangan. Oleh sebab itu sangat penting diungkapkan bakat, minat, kemampuan dan ciri-ciri kepribadian lainnya yang dimiliki siswa, serta keadaan sosial ekonomi orangtua/wali siswa. Bertitik tolak dari  pemahaman yang mendalam itu, guru BK atau konselor membantu siswa membuat rencana penempatan dan penyalurannya kelembaga pendidikan yang sesuai.[2]

2.  Penempatan dan penyaluran kedalam jabatan atau pekerjaan
Di samping penempatan dalam pendidikan, sekolah juga membantu para siswanya yang akan memasuki dunia kerja. Walaupun disekeliling siswa tersedia berbagai lapangan kerja, tetapi tidak semua lapangan kerja itu dapat dengan mudah atau cocok untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dengan dunia pendidikan, maka masing-masing bidang pekerjaan itu memiliki sifat dan ciri-ciri tersendiri prinsip yang diperlu diperhatikan ialah bahwa setiap lapangan kerja penambahan tenaga kerja berarti peningkatan produktivitas pada lapangan kerja yang dimaksud penambahan jumlah tenaga kerja tanpa diikuti dengan peningkatan produktivitas sama dengan pemborosan. Sedangkan peningkatan produktivitas hanya mungkin dicapai apabila tenaga kerja yang bersangkutan mempunya motivasi yang tinggi untuk berprestasi, mempunyai kemauan untuk bekerja keras, mencintai dan menyenangi pekerjaannya, disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam melaksanakan pekerjan itu.[3]
Pengembangan karier menghadapi banyak perkara dan bnyak tugas, antara lain mengenal lingkungan, teman kerja, atasan maupun bawahan, mengambil tindakan yang diperlukan, mempertahankan pendapat, mengubah persepsi salah, kalau perlu mengubah lingkungan untuk memperbaikinya, dan sebagainya.[4] Sementara ada yang berpendapat, bahwa karier bisa diciptakan sendiri, tetapi tidak semua orang setuju bahwa karier diciptakan sendiri, umumnya orang sependapat bahwa menempuh karier selalu melibatkan emosi, karena bisa mendatangkan kebahagiaan, kebanggaan, kepercayaan diri tetapi juga bisa mengakibatkan frustasi, kecemasan dan kesalahan. Dalam kaitan itulah sering diperlukan bimbingan bahkan konseling karier, apalagi karena siswanya berbakat, kehidupan emosinya dan kognitifnya jauh lebih kompleks daria siswa lainnya. Apalagi kehidupan sosial emotif siswa berbakat sering kurang diperhatikan dibandingkan dengan kehidupan kognitifnya, padahal perkembangan kognitif ini amat dipeengaruhi oleh kehidupan sosial dan emosinya.[5]
Sekolah merupakan kerangka dari program pendidikan yaitu tiga unsur pokok yang harus bertujuan satu arah berupa:
1)        Bidang Administrasi dan Kepemimpinan,
2)        Bidang Pengajaran,
3)        Bidang Pemberian Bantuan.
Ketiga bidang ini mempunyai satu tujuan yaitu “Perkembangan yang optimal dari setiap individu (siswa) sesuai dengan kemampuan, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya masing-masing”. Bimbingan itu sendiri, bukan satu-satunya yang dapat memberikan bantuan dan layanan terhadap individu (siswa) akan tetapi bekerja sama dengan para pelayanan lainnya, seperti layanan sosial, layanan perawatan, dan sebagainya.[6]
Bimbingan karier merupakan suatu proses bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap individu, (siswa atau remaja), agar individu yan bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusan tersebut adalah yang paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntunan pekerjaan atau karier yang dipilihnya. Tujuan bimbingan karier hanya satu yaitu agar para siswa dapat menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi dasar, minat, sikap, dan kecakapan, bisa mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dan minatnya, dan juga memiliki sikap positif dan sehat terhadap dunia kerja. Artinya, siswa dapat memberikan penghargaan yang wajar terhadap setiap jenis pekerjaan.[7] Para siswa SMA yang melanjutkan pendidikannya, maupun yang langsung bekerja, tidak langsung demikian saja tetapi melalui suatu proses pengambilan keputusan. Suatu keputusan yang khusus menentukan masa depannya mengenai pekerjaan yang dipilihnya sangatlah kompleks, memerlukan sebanyak-banyaknya informasi, pengetahuan, pertimbangan, dan didalamnya terkandung suatu harapan dan keyakinan atas apa yang ia perbuat. Baik keputusan untuk melanjutkan pendidikan, maupun keputusan yang diambil langsung memasuki lapangan kerja, keduanya memerlukan pertimbangan labih dahulu, terutama mengenai kemampuan diri (keadaan diri) individu atau siswa yang bersangkutan. Bagi mereka yang langsung memilih lapangan pekerjaan, akan menilai dirinya sendiri, bidang pekerjaan apa yang cocok baginya. Bagi para siswa yang memilih akn melanjutkan pendidikan dahulu, selain faktor kemampuan diri, perlu dipertimbangkan pula faktor biaya dan masalah pemilihan jurusan.[8]
Pendidikan karier adalah seluruh upaya pendidikan umum untuk memperkenalkan individu dengan nilai masyarakat yang berorientasi kerja dan mengintegrasikan nilai-nilai itu dalam sistem niali personal serta mengimplementasikan nilai-nilai itu dalam kehidupan sendiri, sehingga menjadi bermakna dan diperoleh kepuasan. Dalam membantu siswa dalam mengambil keputusan, guru BK atau Konselor harus menggunakan pendekatan multipotensial yang memiliki lima fase, yaitu kesiapan merupakan fase pertama dalam mengambil keputusan, kesadaran merupakan tahap berikutnya dalam proses pengambilan keputusan yang beranjak dari asumsi bahwa kesadaran diri dan juga terutama karena ada kesadaran dunia kerja yang memotivasi minat individu, penjelajahan, kajian realitas dan konfirmasi merupakan tahap akhir dalam proses keputusan tentang karier, yang disertai persiapan yang sesuai untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan pekerjaan tertentu.[9]
Jenjang karier dapat disimulasikan secara sederhana sebagai sebuah tangga yang dapat dinaiki, anak tangga demi anak tangga. Simulasi yang lebih komprehensif, kemauan yang keras ,kesempatan yang diberikan dan kesesuaian pribadi atau kemampuan, akan memberikan rasa kepastian dan bahkan memberikan motivasi yang lebih psitif. Berbagai masalah yang tengah kita hadapi, terutama masalah-masalah yang menyangkut generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Antara lain bahwa masa muda secara umum dapat dipandang sebagai suatu fase dalam siklus pembentukan kepribadian manusia. Dalam fase generasi muda ini proses pendewasaan kepribadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.[10] Ciri yang amat menonjol dari fase generasi muda ini ialah peranannya dalam masa peralihan menuju suatu keduduka yang bertanggung jawab dalam tatanan masyarakat, antara lain:
a)        Kemurnian idealisme,
b)   Keberanian dan keterbukannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru,
c)        Semangat pengabdiannya,
d)       Spontanitas dan dinamikanya,
e)        Inovasi dan kreativitasnya,
f)         Keinginan-keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru,
g)        Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadian yang mandiri.[11]
Demi suksesnya layanan penenmpatan dan penyaluran ini, kerjasama antara konselor dan guru sangat menentukan. Guru merupakan kunci suksesnya layanan karena gurulah yang menguasai lapangan dimana para siswa setiap hari berada, guru adalah pengelola ruangan kelas dan sekaligus pengelola proses pembelajaran murid, guru juga merupakan pengelola sebagian terbesar kehidupan siswa di sekolah. Dibanding peranan guru seperti itu, peranan konselor adalah sebagai arsitek yang memungkinkan dibangunnya layanan penempatan dan penyaluran dengan warna tertentu.[12]





[1] Prayitno dan Erman Amti, 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 276
[2] Ibid, hlm.277
[3] Ibid, hlm.278
[4] Conny Semiawan, 1997. Persepektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo, hlm. 217
[5] Ibid, hlm. 218
[6] Ruslan A. Gani, 2012. Bimbingan Karier. Bandung: Angkasa, hlm 2, Cet. I
[7] Ibid, hlm. 13
[8] Ibid, hlm. 21
[9] Conny Semiawan, Op.cit, hlm. 224
[10] Ruslan A. Gani, 2012. Bimbingan Karier. Bandung: Angkasa, hlm 26, Cet. I
[11] Ibid, hlm. 27
[12] Prayitno dan Erman Amti, Loc.cit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar