Nama :
Abdul Rojak
Nim : 160101085
Kelas : 2A
“BK Sebagai Penempatan, Penyaluran Dan Bimbingan
Karier Untuk Siswa Sekolah”
Pada setiap akhir tahun ajaran ratusan ribu atau bahkan
jutaan anak muda menamatkan studi dari jenjang pendidikan tertentu. Pada umumnya
mereka mendambakan untuk dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih
tinggi. Atau bagi yang memang tidak bermaksud untuk melanjutkan pendidikan,
mereka mendambakan untuk dapat diterima pada lapangan kerja yang sesuai.[1]
1.
Penempatan
dan penyaluran kedalam pendidikam lanjutan
Penempatan dan penyaluran siswa pada pendidikan lanjutan
tidak dapat dilakukan secara acak,
tetapi memerlukan perencanaan yang matang sebelum
siswa tamat dari bangku sekolah yang sedang didudukinya. Karena hal ini, baik langsung maupun
tidak langsung, juga akan menyangkut
citra sekolah secara keseluruhan, maka sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
menyelenggarakan pelayanan penempatan
dan penyaluran para siswanya setelah mereka tamat nantinya. Rencana yang baik ialah rencana yang disusun
berdasarkan atas pertimbangan tentang
kekuatan dan kelemahan siswa dari segi-segi yang amat menentukan keberhasilan studi pada program pendidikan
lanjutan itu, terutama segi
kemampuan dasar, bakat, dan minat, serta kemampuan keuangan. Oleh sebab itu sangat penting diungkapkan bakat,
minat, kemampuan dan ciri-ciri
kepribadian lainnya yang dimiliki siswa, serta keadaan
sosial ekonomi orangtua/wali siswa. Bertitik tolak dari pemahaman yang mendalam itu, guru BK atau konselor membantu
siswa membuat rencana penempatan dan
penyalurannya kelembaga pendidikan yang
sesuai.[2]
2. Penempatan dan penyaluran kedalam jabatan
atau pekerjaan
Di
samping penempatan dalam pendidikan, sekolah juga membantu para siswanya yang
akan memasuki dunia kerja. Walaupun disekeliling siswa tersedia berbagai
lapangan kerja, tetapi tidak semua lapangan kerja itu dapat dengan mudah atau
cocok untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dengan dunia pendidikan, maka
masing-masing bidang pekerjaan itu memiliki sifat dan ciri-ciri tersendiri
prinsip yang diperlu diperhatikan ialah bahwa setiap lapangan kerja penambahan
tenaga kerja berarti peningkatan produktivitas pada lapangan kerja yang
dimaksud penambahan jumlah tenaga kerja tanpa diikuti dengan peningkatan produktivitas
sama dengan pemborosan. Sedangkan peningkatan produktivitas hanya mungkin
dicapai apabila tenaga kerja yang bersangkutan mempunya motivasi yang tinggi
untuk berprestasi, mempunyai kemauan untuk bekerja keras, mencintai dan
menyenangi pekerjaannya, disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
tinggi dalam melaksanakan pekerjan itu.[3]
Pengembangan karier menghadapi banyak perkara dan bnyak
tugas, antara lain mengenal lingkungan, teman kerja, atasan maupun bawahan,
mengambil tindakan yang diperlukan, mempertahankan pendapat, mengubah persepsi
salah, kalau perlu mengubah lingkungan untuk memperbaikinya, dan sebagainya.[4]
Sementara ada yang berpendapat, bahwa karier bisa diciptakan sendiri, tetapi
tidak semua orang setuju bahwa karier diciptakan sendiri, umumnya orang
sependapat bahwa menempuh karier selalu melibatkan emosi, karena bisa
mendatangkan kebahagiaan, kebanggaan, kepercayaan diri tetapi juga bisa
mengakibatkan frustasi, kecemasan dan kesalahan. Dalam kaitan itulah sering
diperlukan bimbingan bahkan konseling karier, apalagi karena siswanya berbakat,
kehidupan emosinya dan kognitifnya jauh lebih kompleks daria siswa lainnya.
Apalagi kehidupan sosial emotif siswa berbakat sering kurang diperhatikan
dibandingkan dengan kehidupan kognitifnya, padahal perkembangan kognitif ini
amat dipeengaruhi oleh kehidupan sosial dan emosinya.[5]
Sekolah
merupakan kerangka dari program pendidikan yaitu tiga unsur pokok yang harus
bertujuan satu arah berupa:
1)
Bidang
Administrasi dan Kepemimpinan,
2)
Bidang
Pengajaran,
3)
Bidang
Pemberian Bantuan.
Ketiga bidang ini
mempunyai satu tujuan yaitu “Perkembangan yang optimal dari setiap individu
(siswa) sesuai dengan kemampuan, minat, dan nilai-nilai yang dianutnya
masing-masing”. Bimbingan itu sendiri, bukan satu-satunya yang dapat memberikan
bantuan dan layanan terhadap individu (siswa) akan tetapi bekerja sama dengan
para pelayanan lainnya, seperti layanan sosial, layanan perawatan, dan
sebagainya.[6]
Bimbingan
karier merupakan suatu proses bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap
individu, (siswa atau remaja), agar individu yan bersangkutan dapat mengenal
dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja, merencanakan masa
depannya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan
pilihannya, dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusan tersebut adalah yang
paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan
persyaratan-persyaratan dan tuntunan pekerjaan atau karier yang dipilihnya.
Tujuan bimbingan karier hanya satu yaitu agar para siswa dapat menilai dan
memahami dirinya terutama mengenai potensi-potensi dasar, minat, sikap, dan
kecakapan, bisa mempelajari dan mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang
berhubungan dengan potensi dan minatnya, dan juga memiliki sikap positif dan
sehat terhadap dunia kerja. Artinya, siswa dapat memberikan penghargaan yang
wajar terhadap setiap jenis pekerjaan.[7]
Para siswa SMA yang melanjutkan pendidikannya, maupun yang langsung bekerja,
tidak langsung demikian saja tetapi melalui suatu proses pengambilan keputusan.
Suatu keputusan yang khusus menentukan masa depannya mengenai pekerjaan yang
dipilihnya sangatlah kompleks, memerlukan sebanyak-banyaknya informasi,
pengetahuan, pertimbangan, dan didalamnya terkandung suatu harapan dan
keyakinan atas apa yang ia perbuat. Baik keputusan untuk melanjutkan
pendidikan, maupun keputusan yang diambil langsung memasuki lapangan kerja,
keduanya memerlukan pertimbangan labih dahulu, terutama mengenai kemampuan diri
(keadaan diri) individu atau siswa yang bersangkutan. Bagi mereka yang langsung
memilih lapangan pekerjaan, akan menilai dirinya sendiri, bidang pekerjaan apa
yang cocok baginya. Bagi para siswa yang memilih akn melanjutkan pendidikan
dahulu, selain faktor kemampuan diri, perlu dipertimbangkan pula faktor biaya
dan masalah pemilihan jurusan.[8]
Pendidikan
karier adalah seluruh upaya pendidikan umum untuk memperkenalkan individu
dengan nilai masyarakat yang berorientasi kerja dan mengintegrasikan
nilai-nilai itu dalam sistem niali personal serta mengimplementasikan
nilai-nilai itu dalam kehidupan sendiri, sehingga menjadi bermakna dan
diperoleh kepuasan. Dalam membantu siswa dalam mengambil keputusan, guru BK
atau Konselor harus menggunakan pendekatan multipotensial yang memiliki lima
fase, yaitu kesiapan merupakan fase pertama dalam mengambil keputusan,
kesadaran merupakan tahap berikutnya dalam proses pengambilan keputusan yang
beranjak dari asumsi bahwa kesadaran diri dan juga terutama karena ada
kesadaran dunia kerja yang memotivasi minat individu, penjelajahan, kajian realitas
dan konfirmasi merupakan tahap akhir dalam proses keputusan tentang karier,
yang disertai persiapan yang sesuai untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang terkait dengan pekerjaan tertentu.[9]
Jenjang
karier dapat disimulasikan secara sederhana sebagai sebuah tangga yang dapat
dinaiki, anak tangga demi anak tangga. Simulasi yang lebih komprehensif,
kemauan yang keras ,kesempatan yang diberikan dan kesesuaian pribadi atau
kemampuan, akan memberikan rasa kepastian dan bahkan memberikan motivasi yang lebih
psitif. Berbagai masalah yang tengah kita hadapi, terutama masalah-masalah yang
menyangkut generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Antara lain bahwa
masa muda secara umum dapat dipandang sebagai suatu fase dalam siklus
pembentukan kepribadian manusia. Dalam fase generasi muda ini proses
pendewasaan kepribadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.[10]
Ciri yang amat menonjol dari fase generasi muda ini ialah peranannya dalam masa
peralihan menuju suatu keduduka yang bertanggung jawab dalam tatanan
masyarakat, antara lain:
a)
Kemurnian
idealisme,
b) Keberanian
dan keterbukannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru,
c)
Semangat
pengabdiannya,
d)
Spontanitas
dan dinamikanya,
e)
Inovasi
dan kreativitasnya,
f)
Keinginan-keinginan
untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru,
g)
Keteguhan
janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadian yang mandiri.[11]
Demi
suksesnya layanan penenmpatan dan penyaluran ini, kerjasama antara konselor dan
guru sangat menentukan. Guru merupakan kunci suksesnya layanan karena gurulah
yang menguasai lapangan dimana para siswa setiap hari berada, guru adalah
pengelola ruangan kelas dan sekaligus pengelola proses pembelajaran murid, guru
juga merupakan pengelola sebagian terbesar kehidupan siswa di sekolah. Dibanding
peranan guru seperti itu, peranan konselor adalah sebagai arsitek yang
memungkinkan dibangunnya layanan penempatan dan penyaluran dengan warna
tertentu.[12]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar