Minggu, 15 Oktober 2017

BK SOSIAL

INTERAKSI SOSIAL
MAKALAH INI DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BK SOSIAL
DOSEN PENGAMPU: CICI YULIA, M.Pd


Disusun oleh :
Kelompok 4
1.      Abdul Rojak                                   1601015085
2.      Farah Saphira                                1601015101
3.      Sarwendah Widdya Ningsih         1601015109


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Sekolah di Lanjutan ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa suatu rintangan apapun.
Makalah Bimbingan di Sekolah Lanjutan yang berjudul Perkembangan Masa Remaja Awal ini kami susun sebagai pelengkap nilai tugas Bimbingan di Sekolah Lanjutan dan juga memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih tentang Perkembangan Masa Remaja Awal.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan datang. Atas kurang lebihnya kami mengucapkan terima kasih.









Jakarta, 15 Oktober 2017


Penulis  

BAB I
PENDAHULUAN
   A.    Latar Belakang
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Interaksi sosial memiliki syarat-syarat agar terjadinya proses interaksi sosial. Interaksi sosial memiliki bentuknya masing-masing seperti bentuk asosiatif dan disosiatif.
   B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Interaksi Sosial?
2.      Bagaimana konsep dasar interaksi sosial tersebut?
3.      Bagaimana pola interaksi sosia?
4.      Apa saja syarat-syarat interaksi sosial?
5.      Bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial?
6.      Bagaimana proses terjadinya interaksi sosial?
   C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep dasar dari interaksi sosial
2.      Untuk mengetahui pola interaksi sosial
3.      Untuk mengetahui syarat-syarat interaksi sosial
4.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan proses terjadinya interaksi sosial

BAB II
PEMBAHASAN

   A.    Konsep dasar interaksi sosial
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.
Pengertian Interaksi Sosial Menurut Para Ahli :
1. Pengertian Interaksi Sosial Menurut Homans (dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
2.      Pengertian Interaksi sosial menurut Bonner (dalam Ali, 2004) merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
3.      Pengertian Interaksi Sosial Menurut John Lewis Gilli
"Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antar kelompok."
   B.     Pola Interaksi Sosial
Pola Interaksi Individu dengan Individu dalam mekanismenya, interaksi ini dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang mengakibatkan munculnya beberapa fenomena, seperti jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas, dan frekuensi interaksi. Jarak sosial sangat dipengaruhi oleh status dan peranan sosial. Artinya, semakin besar perbedaan status sosial, semakin besar pula jarak sosialnya, dan sebaliknya. Anda mungkin pernah menyaksikan “si kaya” (bersifat superior) yang suka menjaga jarak dengan “si miskin” (bersifat inferior) dalam pergaulan sehari-hari karena adanya perbedaan status sosial di antara mereka. Apabila jarak sosial relatif besar, pola interaksi yang terjadi cenderung bersifat vertikal, sebaliknya apabila jarak sosialnya kecil (tidak tampak), hubungan sosialnya akan berlangsung secara horizontal. Simpati seseorang didasari oleh adanya kesamaan perasaan dalam berbagai aspek kehidupan. Sikap ini dapat pula diartikan sebagai perasaan kagum atau senang terhadap orang lain ketika salah satu pihak melakukan sebuah tindakan ataupun terjadi interaksi di antara keduanya. Adapun antipati muncul karena adanya perbedaan penafsiran terhadap sesuatu sehingga menimbulkan perasaan yang berbeda dengan pihak lain Dua orang saudara bisa saja tidak saling mengenal akibat intensitas dan frekuensi interaksi di antara keduanya tidak ada atau jarang sekali terjadi. Akan tetapi, dua orang yang baru berkenalan bisa saja menjadi sahabat bahkan saudara karena intensitas dan frekuensi interaksinya yang sering.

1.      Pola interaksi individu dengan individu
ditekankan pada aspek-aspek individual, yang setiap perilaku didasarkan pada keinginan dan tujuan pribadi, dipengaruhi oleh sosio-psikis pribadi, dan akibat dari hubungan menjadi tanggung jawabnya. Contohnya, seseorang sedang tawar menawar barang dengan pedagang di kaki lima; dua insan sedang berkasih-kasihan; orang-orang bertemu di jalan dan saling menyapa. Untuk mengukur keakraban seseorang, umumnya digunakan sosiometri seperti pada bagan berikut ini.

Gambar 1. Sosiometri.

Dari sosiometri tersebut dapat diketahui beberapa hal berikut.

 Makin sering seseorang bergaul dengan orang lain, hubungannya akan semakin baik. Sebaliknya, makin sedikit atau jarang bergaul ia akan terasing atau terisolasi.
Keintiman seseorang sangat bergantung pada frekuensi dan intensitas nya melakukan pergaulan. Dalam pergaulan, seseorang akan memilih atau menolak siapa yang akan dijadikan temannya.
2.      Pola Interaksi Individu dengan Kelompok
Pola ini merupakan bentuk hubungan antara individu dan individu sebagai anggota suatu kelompok yang menggambarkan mekanisme kegiatan kelompoknya. Dalam hal ini, setiap perilaku didasari kepentingan kelompok, diatur dengan tata cara yang ditentukan kelompoknya, dan segala akibat dari hubungan merupakan tanggung jawab bersama. Contohnya, hubungan antara ketua dengan anggotanya pada karang taruna tidak dikatakan sebagai hubungan antar individu, tetapi hubungan antar individu dengan kelompok sebab menggambarkan mekanisme kelompoknya. Pola interaksi individu dengan kelompok memiliki beberapa bentuk ideal yang merupakan deskripsi atau gambaran dari pola interaksi yang ada di masyarakat. Harold Leavitt, menggambarkan terdapat empat pola interaksi ideal, yaitu pola lingkaran, pola huruf X, pola huruf Y, dan pola garis lurus.


Gambar 2. Bentuk-Bentuk Pola Interaksi.

Pola lingkaran merupakan pola interaksi yang menunjukkan adanya kebebasan dari setiap anggota untuk berhubungan dengan pihak manapun dalam kelompoknya (bersifat demokratis), baik secara vertikal maupun horizontal. Akan tetapi, pola ini sulit dalam menentukan keputusan karena harus ditetapkan bersama. Pola huruf X dan Y ditandai dengan terbatasnya hubungan antar anggota kelompok sebab hubungan harus dilakukan melalui birokrasi yang kaku, tetapi mekanisme kelompok mudah terkendali karena adanya pemimpin yang dapat menguasai dan mengatur anggotanya walaupun dipaksakan. Pola garis lurus hampir sama dengan pola huruf X dan Y, yang di dalamnya hubungan antaranggota tidak dilakukan secara langsung atau melalui titik sentral. Akan tetapi, pihak yang akan menjadi mediator dalam hubungan tersebut, bergantung pada individu-individu yang akan berhubungan seperti pada pola lingkaran. Terbatasnya hubungan antar anggota pada pola ini bukan karena otoritas pemimpin, melainkan keterbatasan wawasan setiap anggota dalam berhubungan karena adat istiadat dalam masya rakat. Oleh karena itu, pola garis lurus biasanya menyangkut aspek-aspek kehidupan yang khusus.

3.      Pola Interaksi Kelompok dengan Kelompok
Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak. Pola interaksi antarkelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang saling berbaur walaupun mereka berbeda agama, etnis atau ras; rapat antar fraksi di DPR yang membahas tentang RUU. Di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme simbolik. Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead.

   C.     Syarat terjadinya Interaksi Sosial
    Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika                memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu (p. 26) :
1.      Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
2.      Komunikasi
            Artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain.

     D.    Bentuk-bentuk interaksi sosial
1.      Interaksi Sosial Asosiatif
adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Pembagiannya :
a.       Kerja sama (cooperation)
bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama. 4 macam kerjasama :
1)    Kerja sama spontan (spontaneous cooperation): kerjasama yang timbul secara spontan.
2)     Kerja sama langsung (directed cooperation): kerjasama karena adanya perintah atasan/penguasa.
3)    Kerja sama kontrak (contractual cooperation): kerjasama yang berlangsung atas dasar ketentuan tertentu yang disetujui dalam jangka waktu tertentu.
4)   Kerja sama tradisional (traditional cooperation): kerjasama karena sistem tradisi yang kondusif.

b.      Akomodasi (accomodation)
proses penyesuaian sosial dalam interaksi antarindividu dan antarkelompok untuk meredakan pertentangan.
Tujuan akomodasi :
1) mengurangi perbedaan pandangan, pertentangan politik, atau permusuhan antarsuku atau antarnegara.
2)   mencegah terjadinya ledakan konflik yang mengarah pada benturan fisik.
3)  mengupayakan terjadinya akomodasi di antara masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas atau kasta.
4)  mengupayakan terjadinya proses pembauran atau asimilasi di antara kelompok kesukuan atau ras.

c.       Asimilasi (assimilation)
proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama.
d.      Akulturasi (acculturation)
 proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
2. Interaksi Sosial Disosiatif
     adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan perpecahan.
Pembagiannya :
a.     Persaingan (competition)
perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik.
b.      Kontraversi
bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik.
Bentuk-bentuk kontraversi :
1)    kontraversi umum : penolakan, keengganan, pengacauan rencana, & kekerasan.
2)   kontraversi sederhana : memaki, mencerca, memfitnah, & menyangkal pihak lain.
3)   kontraversi intensif : penghasutan, penyebaran desas-desus, & mengecewakan pihak lain.
4)   kontraversi rahasia : mengumumkan rahasia pihak lain & berkhianat.
5)   kontraversi taktis : intimidasi, provokasi, & membingungkan pihak lawan.
c.       Pertentangan / Konflik Sosial
proses sosial antarperorangan atau kelompok masyarakat tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar sehingga menimbulkan adanya semacam jurang pemisah diantara mereka.

    E.     Proses interaksi sosial
1.        Proses sosial asosiatif
Interaksi sosial asosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerjasama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain sebagai   berikut:
Proses sosial asosiatif dibedakan tiga :
a.       Kerjasama (Cooperation)
Kerjasama merupakan bentuk utama dari proses interaksi sosial karena pada dasarnya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama.
1)  Pengertian Kerjasama menurut Roucek dan Warren adalah bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini adanya pembagian tugas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.
2)   Menurut Charles Horton Cooley, kerjasama terjadi apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai kesadaran untuk bekerjasama dalam mencapai kepentingan-kepentingan mereka
3)      Hal-hal yang mendorong terjadinya kerjasama :
a)      Adanya orientasi perorangan terhadap kelompok sendiri.
b) Adanya ancaman dari luar (musuh bersama) yang mengancam ikatan kesetiaan yang secara tradisional telah tertanam dalam kelompok.
c) Adanya rintangan dari luar untuk mencapai cita-cita kelompok yang mengakibatkan kekecewaan para anggota.
d) Kelompok merasa tersinggung atau dirugikan dalam hal sistem kepercayaan.
e)  Mencari keuntungan pribadi.
f)  Menolong orang lain.
4)      Jenis-jenis kerjasama yang terdapat dalam masyarakat :
a)      Tradition Cooperation (kerjasama tradisional)
Kerjasama yang bersifat tradisi atau kebiasaan.
b)      Spontanneus Cooperation (kerjasama spontan)
Kerjasama yang terbentuk secara tiba-tiba tanpa adanya perintah atau tekanan dari pihak lain.
c)      Directed Cooperation (kerjasama langsung)
Kerjasama yang terbentuk karena ada perintah langsung dari atasan.
d)      Contractual Cooperation (kerjasama kontrak)
Kerjasama yang terjadi berdasarkan suatu kontrak atau perjanjian tertentu.
5)      Dalam pelaksanaannya, kerjasama memiliki 4 bentuk :
a)      Bargaining
Yaitu suatu perjanjian mengenai tawar menawar atau pertukaran barang dan jasa antar individu atau antar kelompok.
b)      Cooptation
Yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari kekacauan.
c)      Coalition
Yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuantujuan yang sama.
d)      Joint Venture
Kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu dengan perjanjian pembagian keuntungan menurut porsi masing-masing yang disepakati.
b.      Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi merupakan proses penyesuaian sosial dalam interaksi antar individu dan antar kelompok untuk meredakan pertentangan.
1)      Akomodasi mempunyai dua aspek pengertian :
a) Upaya untuk mencapai penyelesaian suatu konflik atau pertikaian. Jadi pengertian ini mengarah kepada prosesnya.
b)   Keadaan atau kondisi selesainya suatu konflik atau pertikaian tersebut. Jadi mengarah kepada suatu kondisi berakhirnya pertikaian.
     
 Akomodasi didahului oleh adanya dua kelompok atau lebih yang saling bertikai. Masing-masing kelompok dengan kemauannya sendiri berusaha untuk berakomodasi menghilangkan gap atau barier yang menjadi pangkal pertentangan sehingga konfliknya mereda.   Sebagai hasil akhir dari akomodasi ini, idealnya akan menjadi asimilasi diantara kelompok-kelompok yang bertikai tadi.

2)      Tujuan-tujuan melakukan akomodasi adalah :
a)      Mengurangi terjadinya peselisihan kelompok-kelompok yang berselisih
b)      Mencegah sementara meluasnya atau meledaknya perselisihan.
c)      Memungkinkan terwujudnya kerjasama antara kelompok-kelompok yang terpisah
d)      Usaha peleburan bagi kelompok-kelompok yang terpisah.

c.       Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses ke arah peleburan kebudayaan, sehingga masing-masing pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama.
1)      Asimilasi akan terjadi apabila :
a)      ada perbedaan kebudayaan antara kedua belah pihak.
b)      ada interaksi intensif antara kedua belah pihak.
c)      ada proses saling menyesuaikan.
2)      Beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai   berikut :
a)      Sikap dan kesediaan saling bertoleransi.
b)      Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
c)      Adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang.
d)      Keterbukaan golongan penguasa.
e)      Adanya kesamaan dalam berbagai unsur budaya.
f)       Perkawinan campuran.
g)      Adanya musuh bersama dari luar.
3)      Beberapa faktor yang menghambat asimilasi, antara lain :
a)      Adanya isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan kelompok.
b) Minimnya pengetahuan dari salah satu kebudayaan kelompok atas kebudayaan kelompok lain.
c)    Ketakutan atas kekuatan kebudayaan kelompok lain.
d)    Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu.
e)    Adanya perbedaan ciri-ciri badaniah.
f)    Adanya perasaan in-group yang kuat.
g)  Adanya diskriminasi.
h)   Adanya perbedaan kepentingan antar kelompok.
d.      Akulturasi (Acculturation)
Akulturasi atau culture contact (kontak kebudayaan) merupakan proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.

2.      Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi yang menghasilkan sebuah perpecahan.
a.      Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain sebagai  berikut :
1)  Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik. Konsepsi tersebut merupakan definisi persaingan dalam arti persaingan yang “sehat”, dengan pola main yang wajar. Dalam kenyataan masyarakat, terutama dalam bidang bisnis dan politik, sering kita temukan pola persaingan bebas yang “tidak sehat” dengan menghalalkan segala cara demi tercapainya kemenangan.
2)      Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok maupun terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
b.      Adapun bentuk-bentuk konflik atau pertentangan, antara lain :
1)   Konflik pribadi, yaitu konflik antar individu ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan.
2)      Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan ciri-ciri fisik kebudayaan. Misalnya, pertentangan antara ras kulit putih dan ras kulit hitam (negro).
3)  Konflik antar kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial. Misalnya, konflik antara majikan dan buruh.
4) Konflik internasional, pertentangan yang terjadi akibat perbedaan kepentingan antar negara yang akhirnya menyangkut kedaulatan negara.
c.       Akibat yang timbul dari suatu pertentangan (konflik), antara lain :
1)    Bertambahnya solidaritas kelompok
2)    Berubahnya sikap atau kepribadian, baik yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat positif maupun negative
3)      Terjadinya perubahan sosial yang mengancam keutuhan kelompok
4)   Jatuhnya korban manusia, rusak dan hilangnya harta benda jika terjadi benturan fisik
5)    Terjadinya negosiasi diantara pihak-pihak yang bertikai.
6)    Timbulnya dominasi oleh alah satu pihak terhadap pihak lain.
d.      Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi konflik, antara lain sebagai berikut :
1)  Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan.
2)  Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak.
3) Konversi, salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
4) Coersion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan.
5)  Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan mengundang pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasihat.
6)  Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai.
7)  Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan agar diperoleh persetujuan bersama.
8)    Ajudikasi, yaitu penyelesaian suatu konflik di pengadilan.
9) Segregasi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar diantara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan menghilangkan konflik.
10)  Genjatan senjata, yaitu penanggulangan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggarakannya upaya-upaya penyelesaian konflik.


BAB III
PENUTUP

     A. Simpulan
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Pola interaksi sosial terbagi menjadi 3, yaitu pola interaksi individu dengan individu, pola interaksi individu dengan kelompok, dan pola interaksi kelompok dengan kelompok. Adapun syarat terjadinya interaksi sosial harus adanya kontak sosial dan komunikasi. Juga ada bentuk-bentuk dan proses interaksi sosial.

    B.     Saran
Diharapkan para pembaca dapat memahami makalah kami dan juga dapat memberikan motivasi untuk para pembaca agar lebih giat lagi membaca karena membaca adalah modal dari seseorang menjadi sukses. Dan semoga makalah kami bermanfaat untuk pembaca juga kami sebagai penulis makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Wulansari. 2009. Sosiologi: Konsep Dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama.


Elly M. Setiadi. 2007. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar